Rabu, 30 November 2016

SEPE : "Cendramata bulan Desember dari Kupang"




      Kupang menyambut bulan Desember, begitu pun dengan cuaca yang seharusnya bulan – bulan seperti ini kota panas ini juga menyambut hujan, tapi sepertinya sampai dengan saat ini intensitas curah hujan yang kurang membuat Kupang masih saja panas. Dengan keluh kesah orang Kupang tentang panasnya kota  ini, ternyata tidak menyurutkan semangat “Si Bunga Desember” yang bahasa Indonesianya Bunga Flamboyan atau orang Kupang biasa bilang Bunga Sepe untuk berbunga dengan merah mencolok isyarat ingin mendapat perhatian. Ya… coba kita perhatikan bunga sepe di kota ini, diatara pohon – pohon yang mulai hijau sepe terlihat indah sendiri, kalau kita lebih perhatikan lagi bumingnya sepe ini seperti bunga Sakura yang ada di Jepang, itu terlihat dari banyak orang yang mengupload foto di media sosial yang berlatar belakang pohon sepe.  Saya yang juga adalah salah satu pencinta bunga sepe sering bertanya – tanya, apakah pohon sepe ini lebih banyak ada di Kupang saja? Atau kalian pernah melihat taman atau suatu tempat di daerah lain yang dipenuhi pohon sepe ? Sepertinya populasi sepe ini paling banyak hanya ada di Kota Kupang. Apapun alasannya, pohon sepe adalah pohon yang paling indah yang ada di kota gersang ini, ketika  pohon sepe sudah berbunga berarti itu adalah pertanda bahwa musim hujan akan tiba serta Natal dan Tahun yang baru pun akan segera tiba, sungguh ciptaan Tuhan yang memang betul – betul indah untuk dinikmati. Saya sangat berharap sekali, pemerintah Kota Kupang membaca peluang yang hanya terjadi setahun sekali ini, dengan cara membuat penghijauan dari pohon sepe dan dialokasikan disebuah tempat strategis, dijaga dan dirawat setiap hari sehingga ketika sudah besar dan berbunga tempat itu akan menjadi indah karena dipenuhi dengan pohon sepe dari ujung sampai ke ujung. Bukan tidak mungkin selain untuk mengatasi isu pemanasan global, tempat itu juga akan menjadi tempat wisata baru, tempat orang – orang bisa berfoto dan melihat dengan puas keindahan dari bunga sepe ini dan untuk para wisatawan atau pengunjung yang baru datang ke Kupang, pohon sepe ini akan menjadi cendramata yang indah di bulan desember, sehingga pohon ini menjadi ciri khas dari Kota Kupang.





Minggu, 27 November 2016

Tidur Semalam di Pantai Banli


Bagi kalian yang hobinya traveling dan camping, mungkin tidur di  gunung, hutan, atau pantai itu hal yang biasa dan menyenangkan, tapi tidak bagi saya yang dari dulu menyukai petualangan  seperti  seorang backpacker, tapi kesempatan untuk traveling sambil camping jarang saya dapatkan, karena terbentur dengan kesibukan saya sebagai kepala keluarga yang berbakti pada keluarga dan negara. 
       Setelah menunggu akhirnya kesempatan itu datang, tepatnya minggu yang lalu saya bersama tim 1000 Guru Kupang mendatangi sebuah Desa yang kecil dan boleh dibilang desa terpencil yaitu Dusun Banli, Desa Op, Kecamatan Nunkolo – TTS. Dusun Banli mempunyai Pantai yang indah, bersih, sangat biru dan cukup berombak karena pantai ini berhadapan langsung dengan Australia. Setelah menyelesaikan aktivitas, kami pun langsung pergi ke pantai yang letaknya tidak jauh dari tempat kami menginap. Rencana awalnya kami hanya ingin membuat api unggun dan menerbangkan beberapa lampion, tapi setelah melihat suasana pantai yang indah dan tenang serta bulan yang terang, kami pun memilih untuk membawa peralatan tidur kami dan bermalam di pinggir pantai ditemani oleh beberapa orang yang sedang memancing. Sebenarnya ini tidak bisa dibilang camping karna kami tidak membawa peralatan camping yang lengkap, yang kami bawa hanyalah sleeping bag, tikar, selimut, terpal, jeket tebal untuk alas kami tidur agar tidak terlalu kedinginan serta kopi dan snack untuk besok menyambut datangnya pagi. Karena kecapaian kami pun langsung tertidur dengan cepat, hanya api unggun dan kebersamaan yang erat yang menghangatkan kami malam itu dan berharap keesokan harinya dapat melihat sunrise yang paling indah di Pantai Banli. Setelah terjaga semalaman, kira – kira pukul 05.00 subuh kami semua sudah bangun dan bersama – sama menanti sunrise yang sudah kami tunggu – tunggu dari semalam.  Ternyata sunrise di Pantai Banli benar – benar indah, rasa capai dan ngantuk yang mungkin masih tersisa terbayar tuntas oleh keindahan dan kesejukan pantai selatan ini, fajar pagi yang benar – benar kami resapi. Seperti tak ingin melewatkannya, kami pun langsung mengabadikan momen langka ini dengan berfoto dan berselfie bersama sambil ditemani segelas kopi dan snack yang menambah hangatnya kebersamaan kami pagi itu. Tidur semalam di Pantai Banli adalah pengalaman yang  sungguh menyenangkan, pengalaman langka yang tidak disangka, dan pengalaman yang membuat saya sadar bahwa kebersamaan kecil pun bisa menciptakan keindahan yang besar, mungkin karna kebersamaan kami alam pun ikut  bersahabat, dan saya berharap dimana pun dan kapan pun kita berada kita harus lebih mencintai dan menjaga alam yang Tuhan titipkan kepada kita agar besok lusa kita bisa menikmatinya lagi dengan berbagai kekayaan alam yang sudah Tuhan sediakan.













                                                          Video : Foto bersama Sunrise













Kamis, 24 November 2016

"Ma Fena Lo ..."

         

          “Pengalaman adalah guru yang paling baik”, dan pasti dari pengalaman kita akan mendapatkan sesuatu yang baik. Pengalaman itu saya dapat ketika mengikuti kegiatan sosial Traveling and Teaching bersama komunitas 1000 Guru Kupang di sebuah Desa yang kecil yaitu Dusun Banli, Desa Op, Kecamatan Nunkolo, Kabupaten TTS.  1000 Guru Kupang adalah sebuah komunitas yang  peduli terhadap pendidikan dari anak – anak yang ada di NTT terutama di daratan Timor yang memiliki keterbatasan dalam hal keadaan sekolah yang tidak memadai, sarana dan prasarana, serta keadaan lingkungan yang tidak mendukung untuk anak – anak ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak seperti mereka yang bersekolah di kota. 1000 Guru Kupang melakukan pendekatan dengan cara mengunjungi untuk memotivasi, memberikan dorongan, serta memberikan sedikit bantuan dari apa yang mereka punya. Dalam kunjungannya yang ke 8 (Traveling and Teaching 8), tim 1000 Guru Kupang yang terdiri dari 25 orang Pengajar ini disambut meriah dengan natoni serta tari – tarian oleh anak – anak SDN TRK (Tambahan Ruang Kelas) Banli serta para warga setempat. SDN TRK Banli memiliki 107 siswa yang terbagi dalam 6 ruang kelas dengan keadaan kelas yang sangat sederhana dimana semua ruang kelasnya terbuat dari kayu bebak yang rentan sekali untuk roboh ketika musim hujan dan angin tiba.
Pada kesempatan itu saya bersama 24 pengajar dan tim 1000 Guru Kupang memberikan sedikit ilmu yang kita miliki, bukan saja ilmu pasti tapi lebih ke motivasi, dorongan dan dedikasi, serta sugesti agar mereka tetap miliki cita – cita dan harapan yang pasti di masa depan. Tidak hanya memberikan ilmu dan motivasi, sesekali kami juga memberikan sedikit rejeki yang kami miliki dalam bentuk game dan quis berhadiah, dengan tujuan agar mereka tetap semangat dan gembira dengan kedatangan kami di tengah – tengah mereka. Bukan hanya tentang pendidikan, tapi Tim 1000 Guru Kupang mengadakan penyuluhan sikat gigi, pemeriksaan kesehatan untuk anak – anak sekolah dan para warga serta memberikan hiburan nonton bersama ditengah gelapnya Dusun Banli. Setelah melakukan semua kegiatan yang telah kami rencanakan, alam Dusun Banli pun membalas kedatangan kami dengan pemandangan dan udara yang segar yang telah tersedia di Pantai Banli yang letaknya tidak jauh dari tempat kami menginap. Pantai Banli memiliki pasir dan batu yang tidak kalah bagusnya dengan Pantai Kolbano, pantai warna biru muda dan biru tua yang terbentang luas seperti hati kami pun ingin lepas tanpa alas bermain bersama  anak – anak dengan bebas. Tidak hanya pantainya yang indah, budaya, kesederhanaan, kebaikan serta keramahan para warga membuat kami merasa bahwa mereka adalah keluarga yang mungkin selama ini kita tidak ingin terlalu tau tentang mereka, karna pola hidup dan keadaan mereka tidak sama seperti kita yang hidup dilingkungan yang serba ada. Walaupun hanya 2 hari kami disana, tapi Dusun yang kecil ini banyak memberikan kami pengalaman yang bahkan lebih dari kata baik. Dan sebernarnya bukan kita lah yang memberi pelajaran dan motivasi kepada mereka, tetapi mereka lah yang banyak memberikan pelajaran dan motivasi kepada kita tentang sebuah kata yang kita lupa untuk mengucapkannya yaitu kata syukur.
          Akhir dari sebuah perjalanan, kesimpulan dari sebuah pengalaman bahwa Tanah Timor terlalu indah untuk di ceritakan dan sebuah ungkapan dari Desa Op, Dusun Banli yang melambangkan kebahagiaan serta rasa syukur saya untuk pengalaman ini adalah “ma fena lo …” yang artinya  “lu talalu na …”









































Rabu, 23 November 2016

GALERI : Apa Kabar Malaka ?

      
       Teringat waktu pertama kali saya berkunjung ke Malaka, kira – kira  2 tahun yang lalu tidak lama setelah Malaka diresmikan menjadi Kabupaten sendiri dan terlepas dari Kabupaten Belu. Keadaan Malaka waktu itu bisa dibilang masih semberaut, terlihat ketika saya berkeliling di pusat kota Betun  (ibu kota Malaka) yang jalan umumnya pun masih berlubang dan sempit, kantor – kantornya pun ada yang masih menggunakan gedung darurat atau rumah yang dijadikan kantor, dan mungkin orang akan merasa bahwa ke Malaka itu jauh sekali (pedalaman dan terpencil), karena akses jalan masuk menuju malaka yang rusak apalagi ketika musim hujan. Tapi ketika bulan lalu saya kembali berkunjung lagi ke Malaka, akses jalan masuknya sudah bagus dan banyak alternatif jalan yang bisa ditempuh untuk sampai di Malaka. Kita bisa mengambil arah dari jalan Hailulik, Nurobo serta jalan alternatif yang baru yaitu melewati Pantai Kolbano dan berujung di Besikama. Malaka memang saat ini masih melakukan pembangunan infrasturktur, tata kota, jalan, gedung – gedung perkantoran, dan perekonomian. Dan Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste (Dili) ini sedang membangun Pos Pelayanan Terpadu atau Pembangunan Satu Pintu didaerah perbatasan Motamasin yang dimana menjadi pintu masuk ke Negara tetangga, yaitu Timor Leste. Harapan saya, semoga Kabupaten Malaka bisa menjadi Kabupaten yang lebih dewasa, dalam artian lebih berkembang dari sekarang, karena saya yakin nantinya Malaka akan menjadi tempat persinggahan para wisatawan, pelintas dan pengunjung yang ingin pergi ke Timor Leste.







Senin, 14 November 2016

PENSI sebagai Edukasi




         SMP Katolik Adi Sucipto pada Sabtu, 5 November 2016 kemarin mengadakan pertunjukan Pentas Seni dan Budaya (PENSI) yang di gelar di depan halaman SMP Katolik Adi Sucipto Penfui - Kupang. SMP yang terletak di belakang Gereja St. Yosef Pekerja Penfui  ini mengadakan Pentas Seni dan Budaya sebagai agenda rutin mereka setiap tahunnya. Pertunjukan yang ditampilkan antara lain : Tari – tarian dari berbagai daerah, musik ansambel, puisi, stand up comedy, serta fashion show bertema pakaian adat dari setiap daerah di NTT. Hal ini dilakukan untuk membuat para siswa lebih kreatif, lebih berani tampil di depan  umum, serta memupuk pengetahuan dan rasa cinta mereka terhadap seni dan budaya lokal. Secara tidak langsung PENSI adalah bentuk edukasi diluar jam sekolah, karena dengan mengadakan kegiatan seperti ini, siswa diajarkan banyak hal, seperti tanggung jawab, kerja keras, serta bisa mengenal budaya dari keberagaman NTT melalui tari – tarian,  musik tradisional dan segala jenis kesenian yang ada pada masing – masing daerah di NTT.