Jumat, 28 Oktober 2016

SARJANA ITU JUARA

    


     Pendidikan adalah hal yang wajib dilaksanakan oleh semua orang terutama generasi penerus bangsa, apalagi di era modern seperti sekarang ini. Terkadang ilmu tidak memandang fisik serta usia,   sehingga orang yang mempunyai keterbatasan fisik pun bisa mendapatkan ilmu yang layak serta tidak sedikit juga para orang tua berlomba – lomba untuk mendapatkan ilmu sampai mereka merasa bahwa mereka sudah sampai di garis finis.
     Di kota kupang sudah banyak terdapat Universitas, Perguruan Tinggi maupun Akademik yang memfasilitasi siapa saja yang ingin menuntut ilmu dengan berbagai fasilitas dan berbagai macam jurusan konsentrasi. Kita ambil contoh Universitas Nusa Cendana Kupang (UNDANA) yang pada tahun ini (angkatan 2016/2017) menerima mahasiswa ± 7 ribu mahasiswa dengan berbagai pilihan jurusan. Contoh lain seperti Sekolah TInggi Ilmu Komputer Kupang (STIKOM) yang pada tahun ini meluluskan ± 2 ratus mahasiswa regular maupun extension. Dari fakta ini kita bisa melihat bahwa begitu banyak orang yang sangat membutuhkan pendidikan sebagai bekal mereka untuk bersaing di dalam dunia kerja. Sehingga gelar sarjana selalu menjadi primadona bagi setiap siswa yang sedang menuntut ilmu. Tapi dari sekian banyak mahasiswa yang berkeinginan menimba ilmu, tidak sedikit mahasiswa yang gagal atau tidak bisa menyelesaikan kuliahnya sampai tuntas, dengan berbagai alasan seperti masalah ekonomi, pergaulan bebas, malas serta ingin lepas dari tanggungjawabnya sebagai mahasiswa.
     Apakah anda sebagai mahasiswa merasa sadar bahwa ketika kita sedang kuliah atau menuntut ilmu secara tidak langsung kita sedang berlomba. Berlomba melawan apa? Melawan semua tantangan yang kita hadapi dalam proses untuk mendapatkan gelar sarjana. Siapa saja lawan kita? Lawan terbesar kita adalah kita sendiri yang selalu muncul dalam diri seperti rasa malas, cepat terpengaruh, patah semangat, serta kurang tanggungjawab. Masalah ekonomi, uang, sarana dan prasarana serta dosen itu semua bisa kita lawan dengan sebuah tekad bahwa sarjana adalah harga mati. Tinggal sekarang bagaimana strategi agar kita bisa memenangkan lomba ini, bisa mencapai garis finis tanpa ada rasa pesimis. Ketika kita bisa sarjana dan mengangkat medali, saya yakin bukan hanya orang tua kita saja yang menangis, tapi dalam hati kita akan terlukis sebuah kata bangga, bangga karena setidaknya dulu dengan sebuah tekad, kita pernah mengubah “Tekanan menjadi Tantangan”, mengubah halangan dan rintangan. Dan bahkan sampai sekarang anda sebagai mahasiswa belum sadar kalau anda sedang berada dalam arena perlombaan yang juaranya akan didapat bila anda menjadi seorang sarjana, itulah hadiah sesungguhnya.
Previous Post
Next Post

About Author

0 komentar: