Pendidikan adalah hal yang wajib dilaksanakan oleh semua orang terutama
generasi penerus bangsa, apalagi di era modern seperti sekarang ini. Terkadang ilmu
tidak memandang fisik serta usia, sehingga orang yang mempunyai keterbatasan
fisik pun bisa mendapatkan ilmu yang layak serta tidak sedikit juga para orang
tua berlomba – lomba untuk mendapatkan ilmu sampai mereka merasa bahwa mereka
sudah sampai di garis finis.
Di kota kupang sudah
banyak terdapat Universitas, Perguruan Tinggi maupun Akademik yang memfasilitasi
siapa saja yang ingin menuntut ilmu dengan berbagai fasilitas dan berbagai macam
jurusan konsentrasi. Kita ambil contoh Universitas Nusa Cendana Kupang (UNDANA)
yang pada tahun ini (angkatan 2016/2017) menerima mahasiswa ± 7 ribu mahasiswa
dengan berbagai pilihan jurusan. Contoh lain seperti Sekolah TInggi Ilmu
Komputer Kupang (STIKOM) yang pada tahun ini meluluskan ± 2 ratus mahasiswa regular
maupun extension. Dari fakta ini kita bisa melihat bahwa begitu banyak orang
yang sangat membutuhkan pendidikan sebagai bekal mereka untuk bersaing di
dalam dunia kerja. Sehingga gelar sarjana selalu menjadi
primadona bagi setiap siswa yang sedang menuntut ilmu. Tapi dari sekian banyak
mahasiswa yang berkeinginan menimba ilmu, tidak sedikit mahasiswa yang gagal
atau tidak bisa menyelesaikan kuliahnya sampai tuntas, dengan berbagai alasan seperti
masalah ekonomi, pergaulan bebas, malas serta ingin lepas dari tanggungjawabnya
sebagai mahasiswa.
Apakah anda sebagai mahasiswa merasa sadar bahwa ketika
kita sedang kuliah atau menuntut ilmu secara tidak langsung kita sedang
berlomba. Berlomba melawan apa? Melawan semua tantangan yang kita hadapi dalam
proses untuk mendapatkan gelar sarjana. Siapa saja lawan kita? Lawan terbesar
kita adalah kita sendiri yang selalu muncul dalam diri seperti rasa malas, cepat
terpengaruh, patah semangat, serta kurang tanggungjawab. Masalah ekonomi, uang,
sarana dan prasarana serta dosen itu semua bisa kita lawan dengan sebuah tekad
bahwa sarjana adalah harga mati. Tinggal sekarang bagaimana strategi agar kita
bisa memenangkan lomba ini, bisa mencapai garis finis tanpa ada rasa pesimis.
Ketika kita bisa sarjana dan mengangkat medali, saya yakin bukan hanya orang tua
kita saja yang menangis, tapi dalam hati kita akan terlukis sebuah kata bangga,
bangga karena setidaknya dulu dengan sebuah tekad, kita pernah mengubah “Tekanan menjadi Tantangan”, mengubah halangan dan rintangan. Dan bahkan sampai sekarang
anda sebagai mahasiswa belum sadar kalau anda sedang berada dalam arena perlombaan yang juaranya akan didapat
bila anda menjadi seorang sarjana, itulah hadiah sesungguhnya.

0 komentar: