Kupang menyambut bulan Desember, begitu pun dengan
cuaca yang seharusnya bulan – bulan seperti ini kota panas ini juga menyambut
hujan, tapi sepertinya sampai dengan saat ini intensitas curah hujan yang
kurang membuat Kupang masih saja panas. Dengan keluh kesah orang Kupang tentang
panasnya kota ini, ternyata tidak
menyurutkan semangat “Si Bunga Desember” yang bahasa Indonesianya Bunga
Flamboyan atau orang Kupang biasa bilang Bunga Sepe untuk berbunga dengan merah
mencolok isyarat ingin mendapat perhatian. Ya… coba kita perhatikan bunga sepe
di kota ini, diatara pohon – pohon yang mulai hijau sepe terlihat indah
sendiri, kalau kita lebih perhatikan lagi bumingnya sepe ini seperti bunga
Sakura yang ada di Jepang, itu terlihat dari banyak orang yang mengupload foto di
media sosial yang berlatar belakang pohon sepe. Saya yang juga adalah salah satu pencinta
bunga sepe sering bertanya – tanya, apakah pohon sepe ini lebih banyak ada di Kupang
saja? Atau kalian pernah melihat taman atau suatu tempat di daerah lain yang
dipenuhi pohon sepe ? Sepertinya populasi sepe ini paling banyak hanya ada di
Kota Kupang. Apapun alasannya, pohon sepe adalah pohon yang paling indah yang
ada di kota gersang ini, ketika pohon
sepe sudah berbunga berarti itu adalah pertanda bahwa musim hujan akan tiba
serta Natal dan Tahun yang baru pun akan segera tiba, sungguh ciptaan Tuhan yang
memang betul – betul indah untuk dinikmati. Saya sangat berharap sekali,
pemerintah Kota Kupang membaca peluang yang hanya terjadi setahun sekali ini,
dengan cara membuat penghijauan dari pohon sepe dan dialokasikan disebuah
tempat strategis, dijaga dan dirawat setiap hari sehingga ketika sudah besar
dan berbunga tempat itu akan menjadi indah karena dipenuhi dengan pohon sepe
dari ujung sampai ke ujung. Bukan tidak mungkin selain untuk mengatasi isu
pemanasan global, tempat itu juga akan menjadi tempat wisata baru, tempat orang
– orang bisa berfoto dan melihat dengan puas keindahan dari bunga sepe ini dan untuk
para wisatawan atau pengunjung yang baru datang ke Kupang, pohon sepe ini akan
menjadi cendramata yang indah di bulan desember, sehingga pohon ini menjadi ciri
khas dari Kota Kupang.
Rabu, 30 November 2016
Minggu, 27 November 2016
Tidur Semalam di Pantai Banli
Bagi kalian yang hobinya traveling dan camping, mungkin
tidur di gunung, hutan, atau pantai itu
hal yang biasa dan menyenangkan, tapi tidak bagi saya yang dari dulu menyukai
petualangan seperti seorang backpacker, tapi kesempatan untuk traveling
sambil camping jarang saya dapatkan, karena terbentur dengan kesibukan saya
sebagai kepala keluarga yang berbakti pada keluarga dan negara.
Setelah menunggu akhirnya
kesempatan itu datang, tepatnya minggu yang lalu saya bersama tim 1000 Guru
Kupang mendatangi sebuah Desa yang kecil dan boleh dibilang desa terpencil
yaitu Dusun Banli, Desa Op, Kecamatan Nunkolo – TTS. Dusun Banli mempunyai
Pantai yang indah, bersih, sangat biru dan cukup berombak karena pantai ini
berhadapan langsung dengan Australia. Setelah menyelesaikan aktivitas, kami pun
langsung pergi ke pantai yang letaknya tidak jauh dari tempat kami menginap.
Rencana awalnya kami hanya ingin membuat api unggun dan menerbangkan beberapa
lampion, tapi setelah melihat suasana pantai yang indah dan tenang serta bulan
yang terang, kami pun memilih untuk membawa peralatan tidur kami dan bermalam
di pinggir pantai ditemani oleh beberapa orang yang sedang memancing. Sebenarnya
ini tidak bisa dibilang camping karna kami tidak membawa peralatan camping yang
lengkap, yang kami bawa hanyalah sleeping bag, tikar, selimut, terpal, jeket tebal untuk alas kami tidur
agar tidak terlalu kedinginan serta kopi dan snack untuk besok menyambut
datangnya pagi. Karena kecapaian kami pun langsung tertidur dengan cepat, hanya
api unggun dan kebersamaan yang erat yang menghangatkan kami malam itu dan
berharap keesokan harinya dapat melihat sunrise yang paling indah di Pantai
Banli. Setelah terjaga semalaman, kira – kira pukul 05.00 subuh kami semua
sudah bangun dan bersama – sama menanti sunrise yang sudah kami tunggu – tunggu
dari semalam. Ternyata sunrise di Pantai
Banli benar – benar indah, rasa capai dan ngantuk yang mungkin masih tersisa
terbayar tuntas oleh keindahan dan kesejukan pantai selatan ini, fajar pagi
yang benar – benar kami resapi. Seperti tak ingin melewatkannya, kami pun
langsung mengabadikan momen langka ini dengan berfoto dan berselfie bersama
sambil ditemani segelas kopi dan snack yang menambah hangatnya kebersamaan kami
pagi itu. Tidur semalam di Pantai Banli adalah pengalaman yang sungguh menyenangkan, pengalaman langka yang
tidak disangka, dan pengalaman yang membuat saya sadar bahwa kebersamaan kecil pun
bisa menciptakan keindahan yang besar, mungkin karna kebersamaan kami alam pun
ikut bersahabat, dan saya berharap
dimana pun dan kapan pun kita berada kita harus lebih mencintai dan menjaga
alam yang Tuhan titipkan kepada kita agar besok lusa kita bisa menikmatinya
lagi dengan berbagai kekayaan alam yang sudah Tuhan sediakan.
Video : Foto bersama Sunrise
Kamis, 24 November 2016
"Ma Fena Lo ..."
“Pengalaman adalah guru yang paling baik”, dan pasti
dari pengalaman kita akan mendapatkan sesuatu yang baik. Pengalaman itu saya
dapat ketika mengikuti kegiatan sosial Traveling and Teaching bersama komunitas
1000 Guru Kupang di sebuah Desa yang kecil yaitu Dusun Banli, Desa Op,
Kecamatan Nunkolo, Kabupaten TTS. 1000
Guru Kupang adalah sebuah komunitas yang peduli terhadap pendidikan dari anak – anak
yang ada di NTT terutama di daratan Timor yang memiliki keterbatasan dalam hal keadaan
sekolah yang tidak memadai, sarana dan prasarana, serta keadaan lingkungan yang
tidak mendukung untuk anak – anak ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak
seperti mereka yang bersekolah di kota. 1000 Guru Kupang melakukan pendekatan
dengan cara mengunjungi untuk memotivasi, memberikan dorongan, serta memberikan
sedikit bantuan dari apa yang mereka punya. Dalam kunjungannya yang ke 8
(Traveling and Teaching 8), tim 1000 Guru Kupang yang terdiri dari 25 orang
Pengajar ini disambut meriah dengan natoni serta tari – tarian oleh anak – anak
SDN TRK (Tambahan Ruang Kelas) Banli serta para warga setempat. SDN TRK Banli memiliki
107 siswa yang terbagi dalam 6 ruang kelas dengan keadaan kelas yang sangat sederhana
dimana semua ruang kelasnya terbuat dari kayu bebak yang rentan sekali untuk roboh
ketika musim hujan dan angin tiba.
Pada kesempatan itu saya bersama 24 pengajar dan tim 1000
Guru Kupang memberikan sedikit ilmu yang kita miliki, bukan saja ilmu pasti
tapi lebih ke motivasi, dorongan dan dedikasi, serta sugesti agar mereka tetap
miliki cita – cita dan harapan yang pasti di masa depan. Tidak hanya memberikan
ilmu dan motivasi, sesekali kami juga memberikan sedikit rejeki yang kami miliki
dalam bentuk game dan quis berhadiah, dengan tujuan agar mereka tetap semangat
dan gembira dengan kedatangan kami di tengah – tengah mereka. Bukan hanya
tentang pendidikan, tapi Tim 1000 Guru Kupang mengadakan penyuluhan sikat gigi,
pemeriksaan kesehatan untuk anak – anak sekolah dan para warga serta memberikan
hiburan nonton bersama ditengah gelapnya Dusun Banli. Setelah melakukan semua
kegiatan yang telah kami rencanakan, alam Dusun Banli pun membalas kedatangan
kami dengan pemandangan dan udara yang segar yang telah tersedia di Pantai
Banli yang letaknya tidak jauh dari tempat kami menginap. Pantai Banli memiliki
pasir dan batu yang tidak kalah bagusnya dengan Pantai Kolbano, pantai warna
biru muda dan biru tua yang terbentang luas seperti hati kami pun ingin lepas
tanpa alas bermain bersama anak – anak
dengan bebas. Tidak hanya pantainya yang indah, budaya, kesederhanaan, kebaikan
serta keramahan para warga membuat kami merasa bahwa mereka adalah keluarga
yang mungkin selama ini kita tidak ingin terlalu tau tentang mereka, karna pola
hidup dan keadaan mereka tidak sama seperti kita yang hidup dilingkungan yang
serba ada. Walaupun hanya 2 hari kami disana, tapi Dusun yang kecil ini banyak
memberikan kami pengalaman yang bahkan lebih dari kata baik. Dan sebernarnya
bukan kita lah yang memberi pelajaran dan motivasi kepada mereka, tetapi mereka
lah yang banyak memberikan pelajaran dan motivasi kepada kita tentang sebuah
kata yang kita lupa untuk mengucapkannya yaitu kata syukur.
Akhir dari sebuah
perjalanan, kesimpulan dari sebuah pengalaman bahwa Tanah Timor terlalu indah
untuk di ceritakan dan sebuah ungkapan dari Desa Op, Dusun Banli yang
melambangkan kebahagiaan serta rasa syukur saya untuk pengalaman ini adalah “ma
fena lo …” yang artinya “lu talalu na …”
Rabu, 23 November 2016
GALERI : Apa Kabar Malaka ?
Teringat waktu pertama kali saya berkunjung ke Malaka,
kira – kira 2 tahun yang lalu tidak lama
setelah Malaka diresmikan menjadi Kabupaten sendiri dan terlepas dari
Kabupaten Belu. Keadaan Malaka waktu itu bisa dibilang masih semberaut,
terlihat ketika saya berkeliling di pusat kota Betun (ibu kota Malaka) yang jalan umumnya pun
masih berlubang dan sempit, kantor – kantornya pun ada yang masih menggunakan
gedung darurat atau rumah yang dijadikan kantor, dan mungkin orang akan merasa
bahwa ke Malaka itu jauh sekali (pedalaman
dan terpencil), karena akses jalan masuk menuju malaka yang rusak apalagi
ketika musim hujan. Tapi ketika bulan lalu saya kembali berkunjung lagi ke Malaka, akses jalan masuknya sudah bagus dan
banyak alternatif jalan yang bisa ditempuh untuk sampai di Malaka. Kita bisa mengambil arah dari jalan Hailulik, Nurobo serta jalan alternatif yang baru yaitu melewati
Pantai Kolbano dan berujung di Besikama. Malaka memang saat ini masih melakukan
pembangunan infrasturktur, tata kota, jalan, gedung – gedung perkantoran, dan perekonomian.
Dan Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste (Dili) ini
sedang membangun Pos Pelayanan Terpadu atau Pembangunan Satu Pintu didaerah
perbatasan Motamasin yang dimana menjadi pintu masuk ke Negara tetangga, yaitu
Timor Leste. Harapan saya, semoga Kabupaten Malaka bisa menjadi Kabupaten yang
lebih dewasa, dalam artian lebih berkembang dari sekarang, karena saya yakin
nantinya Malaka akan menjadi tempat persinggahan para wisatawan, pelintas dan
pengunjung yang ingin pergi ke Timor Leste.
Senin, 14 November 2016
PENSI sebagai Edukasi
SMP Katolik Adi Sucipto
pada Sabtu, 5 November 2016 kemarin mengadakan
pertunjukan Pentas Seni dan Budaya (PENSI) yang di gelar di depan halaman SMP Katolik Adi Sucipto Penfui - Kupang. SMP yang terletak di belakang Gereja St. Yosef Pekerja
Penfui ini mengadakan Pentas Seni dan Budaya sebagai agenda rutin mereka setiap
tahunnya. Pertunjukan yang ditampilkan antara lain : Tari – tarian dari
berbagai daerah, musik ansambel, puisi, stand up comedy, serta fashion show
bertema pakaian adat dari setiap daerah di NTT. Hal ini dilakukan untuk membuat
para siswa lebih kreatif, lebih berani tampil di depan umum, serta memupuk pengetahuan dan rasa cinta
mereka terhadap seni dan budaya lokal. Secara tidak langsung PENSI adalah bentuk
edukasi diluar jam sekolah, karena dengan
mengadakan kegiatan seperti ini, siswa diajarkan banyak hal, seperti tanggung
jawab, kerja keras, serta bisa mengenal budaya dari keberagaman NTT melalui
tari – tarian, musik tradisional dan segala
jenis kesenian yang ada pada masing – masing daerah di NTT.